OKEKABAR.COM, KONAWE – Perekonomian warga Desa Anggoro, Kecamatan Wonggeduku, Kabupaten Konawe yang mayoritas mengandalkan hasil bertani sawah ini tengah mengalami masa sulit.
Pasalnya, memasuki musim panen kedua ditahun ini petani belum bisa menggarap lahan sawah akibat adanya pengerjaan proyek saluran atau tanggul air di kawasan Desa Anggoro dan sekitarnya.
Pemerintah desa pun terus berusaha membantu perekonomian warga. Salah satunya upaya yang dilakukan dengan melakukan program padat karya tunai desa (PKTD) dan menggelontorkan bantuan langsung tunai dana desa (BLT DD).
Kepala Desa Anggoro, Lipin, SH.,MH mengatakan, pihaknya berharap dengan program BLT DD dan PKTD ini dapat memulihkan perekonomian warga terdampak mandeknya lahan sawah. Salah satunya dengan menyediakan lapangan pekerjaan.
Sejumlah warga diajak untuk menggarap proyek pembangunan di desa melakukan program padat karya. Di antaranya, pelebaran dan normalisasi drainase sepanjang 800 meter mulai dari dusun 1 hingga dusun 3.
Namun, lanjut Lipin, dari 800 meter tersebut hanya 550 meter yang didanai oleh Dana Desa dan sisanya adalah swadaya masyarakat.
Proyek ini digarap selama empat hari. Ada 60 pekerja yang dilibatkan. Pekerja ini sebagian besar terdiri atas masyarakat yang lahan sawah kini tidak digarap.
“Jadi, yang bekerja ini mayoritas petani yang lahannya tidak bisa digarap akibat ada pengerjaan proyek tanggul air yang. Ini sudah memasuki musim tanam kedua, mereka masih belum bisa garap sawah,” ungkap Lipin.
Ia menjelaskan, mereka menerima upah Rp 100 ribu. Dengan upah itu, mereka bekerja mulai pukul 08.00 hingga pukul 16.00. Kini, pengerjaannya sudah memasuki hari kedua.
“Anggaran padat karya ini dialokasikan Rp 41 juta. Masing-masing dapat upah Rp 100 ribu per orang per hari. Ada konsumsi dan rokok juga,” ujar Kades Anggoro.
Pelebaran dan penggalian Drainase ini dilakukan atas kesepakatan pemerintah desa. Sebab, setiap musim hujan jalan di sisi drainase ini sering tergenang akibat luapannya. Padahal, jalan ini merupakan akses utama warga. Termasuk jalan antar desa.
Normalisasi menggunakan alat manual, seperti cangkul dan arit. Selama empat hari pengerjaan, di aliran ini ditemukan batang tanaman dan rumput. Kondisi ini membuat air tidak bisa mengalir dengan lancar, sehingga meluber ke jalan.
“Satu jam saja hujan turun, air langsung meluap hingga ke jalan, membuat pengendara yang melintas sering tidak nyaman. Karena kalau sudah meluap, terkadang mereka terkena cipratan dari pengendara lain,” jelasnya.
Selain padat karya, Pemerintah Anggoro, Kecamatan Wonggeduku juga telah menyalurkan bantuan langsung tunai dana desa (BLT-DD). Tahun ini jumlah penerimanya 71 keluarga penerima manfaat (KPM).
Puluhan KPM ini, kata Lipin, akan mendapatkan Rp 300 ribu per bulan. Penyaluran ini untuk tiga salur sekaligus jadi 900 ribu per KPM.
Dana desa ini disalurkan kepada Pemdes secara tiga tahap. Tahap pertama 40 persen, tahap kedua 40 persen dan tahap tiga 20 persen.
“Ini sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 110 tentang BLT-DD itu dianggarkan 40 persen dari pagu dana desa tahun ini,” cetusnya.
Editor: Redaksi