
OKEKABAR.COM, KONAWE – Pemerintah Kabupaten Konawe gencar melakukan aksi dalam menurunkan angka stunting pada anak dengan cara memberikan program gizi serta sosialisasi pada masyarakat terkait bahayanya.
Stunting adalah gagal tumbuh akibat kurangnya asupan gizi, di mana dalam jangka pendek dapat menyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme, dan pertumbuhan fisik pada anak.
Tam Sati Sam SE, Kepala Dinas BKKBN Kabupaten Konawe mengungkapkan, penyakit stunting dapat menyebabkan rendahnya kualitas sumber daya manusia, oleh karena itu pemerintah melakukan pencegahan untuk menjaga putra/putri Konawe.
“Stunting berpengaruh terhadap produktivitas dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa, sehingga pencegahan dan penanggulangan stunting menjadi sangat penting,” jelasnya.
Sam Teti lebih lanjut menjelaskan bahwa permasalahan stunting hari ini tidak bisa hanya diselesaikan melalui program gizi saja, tapi harus terintegrasi dengan program lainnya.
Hal tersebulah yang membuat tim terpadu pencegahan stunting Kabupaten Konawe yang melibatkan beberapa dinas terkait harus melakukan penyelenggaraan intervensi gizi secara spesifik dan konvergen.
Katanya pemerintah kabupaten Konawe melakukan dengan mengintegrasikan dan menyelaraskan berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan pencegahan stunting.
“Upaya konvergensi pencegahan stunting dilakukan mulai dari tahap perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan hingga pemantauan evaluasi,” ungkapnya.
Kabid ketahanan keluarga sejahtera BKKBN kabupaten Konawe, Ismail S,KM M,kes menambahkan arah pencegahan stunting hari ini menjadi tugas bersama semua lintas sektor.
“Untuk kami di BKKBN itu sendiri lebih condong ke intervensi sensitif,” katanya.
Pihaknya mengungkapkan pencegahan stunting yang dilakukan petugas BKKBN di 28 kecamatan di kabupaten Konawe fokusnya melakukan penyuluhan terhadap keluarga. Menjadi sasaran penyuluhan pemerintah juga pada calon pengantin, para ibu hamil dan para ibu balita.
Lebih Lanjut, pihak BKKBN dalam melakukan surveilance keluarga beresiko stunting di lapangan telah menurunkan tim pendamping keluarga sebanyak 1059 orang yang disebar di 28 kecamatan.
Pihaknya mengungkapkan setiap desa ada 3 orang tim pendamping keluarga yang diturunkan untuk mendampingi calon pengantin beresiko stunting, ibu hamil serta ibu pasca persalinan.
“Tim pendamping keluarga di lapangan terdiri dari bidan desa, ibu PKK dan ibu desa,” katanya.
Ismail berkata dari awal tahun 2022 BKKBN Konawe telah melakukan beberapa aksi yang menjadi skala prioritas, yaitu mengidentifikasi sebaran stunting ,menyusun rencana kegiatan untuk meningkatkan pelaksanaan integrasi intervensi gizi
Serta menyelenggarakan rembuk stunting tingkat kabupaten konawe dan meningkatkan sistem pengolahan data stunting dan cakupan intervensi di tingkat kabupaten.
Editor: Redaksi