Proses adat mosehe wonua

OKEKABAR.COM, KOLAKA – Daerah Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), terdiri dari beberapa jenis suku, salah satunya adalah suku Tolaki.

Suku ini merupakan suku asli di daratan Sultra, selain Muna dari Pulau Muna dan suku Buton yang berasal dari Pulau Buton.

Menurut keterangan budayawan Tolaki, Adjemain Suruambo, sekitar abad ke-10 silam, daratan Sultra memiliki dua kerajaan besar Tolaki, yaitu Kerajaan Konawe (wilayah Kabupaten Konawe) dan
Kerajaan Mekongga (wilayah Kabupaten Kolaka).

Secara umum, kedua kerajaan ini serumpun dan dikenal sebagai suku Tolaki-Mekongga.

“Dua kerajaan besar ini, Konawe dan Mekongga, sebenarnya satu rumpun semua pada dasarnya berasal dari orang Tolaki,” terang Adjemain kepada Telisik.id, Minggu (4/7/2021).

Salah satu tradisi yang masih hidup dari dulu hingga kini di Kabupaten Kolaka adalah kegiatan upacara ‘Mosehe Wonua’.

Hal tersebut merupakan suatu tradisi suku Tolaki yang dilaksanakan turun temurun secara besar-besaran, ramai, penuh hikmat dan sakral sehingga diharapkan masyarakat ikut terlibat di dalamnya.

Bahkan, termasuk juga perwakilan daerah masing-masing dari seluruh kerajaan Mekongga, bahkan tokoh adat, masyarakat, agamawan, pemerintah sipil, dan militer.

Ritual Mosehe Wonua dilaksanakan apabila ada suatu peristiwa yang menimpa negeri atau fenomena alam yang merugikan manusia, misalnya terjadi bencana alam, gagal panen pada tanaman, timbulnya
wabah penyakit, tidak adanya keserasian, serta keselarasan dalam kehidupan manusia sehingga menimbulkan permusuhan dan kekacauan.

BACA JUGA  Plt Bupati Perbaiki Jalan di Gunung Ambapa Koltim, Masyarakat: Jalan Mulus Hati Senang

Senada denga itu, budayawan lainnya, Muslimin Su’ud mengungkapkan, Mosehe Wonua digunakan masyarakat suku Tolaki untuk mensucikan daerah dan menolak bencana.

“Mosehe memiliki arti melakukan sesuatu yang suci. Mosehe Wonua menjadi sebuah ritual yang diadakan secara rutin untuk menolak bala dan menyucikan negeri atau daerah dari hal-hal yang merugikan masyarakat,” jelas Muslimin.

Sementara itu, sejarawan, budayawan dan penulis buku-buku sejarah serta budaya Tolaki, Dr. Basrin Melamba, S.Pd, M.A menuturkan, melalui pelaksanaan ritual adat Mosehe Wonua sebagai kepercayaan tradisi leluhur masyarakat Tolaki bertujuan agar Ombu (Tuhan Yang Maha Kuasa) berkenan menerima ritual adat tersebut bagi kepentingan keselamatan orang banyak, sehingga mendapat berkat dan rahmat dari Sang Pencipta.

Ketua DPP Tamalaki Mekongga Kolaka, Yusran Wasiri, S.Pd, M.Pd mengatakan, setiap tahunnya, penduduk suku Tolaki akan mengadakan tradisi yang sangat sakral ini.

“Alhamdulillah ini juga patut disyukuri karena tradisi Mosehe Wonua ini sampai sekarang masih dilestarikan setiap tahunnya masih selalu dilaksanakan, berarti tradisi ini masih terjaga hingaa saat sekarang,” tuturnya.

Lebih lanjut, kata Yusran Wasiri, bagi suku Tolaki, melakukan Mosehe Wonua tidak hanya meminta keberkahan saja tetapi juga melestarikan tradisi nenek moyang yang akan sangat sayang jika sampai hilang dan akhirnya tidak bisa dilakukan lagi.

Apalagi tradisi ini berasal dari kerajaan masa lalu dan telah berusia ratusan tahun.

Editor: Redaksi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here